Pengaruh Tiongkok Bagi Kekaisaran Jepang (Part 2)

Posted on February 15, 2020 by

Mengatahui bahwa pasukan komunis memang sudah terkepung, Chiang memutuskan untuk pergi ke utara untuk melihat sendiri bagaimana pasukan Kuomintangnya mengalahkan pasukan komunis untuk terakhir kalinya. Menghancurkan komunis dan menyatukan negara dibawah partai Kuomintang merupakan impian utama dari Chiang sekaligus mandat terbesar dari dokter Sun Yat Sen yang juga adalah pendiri dari partai Kuomintang.

Tahu bahwa Chiang akan segera ke utara, para konspirator langsung menyusun rencana untuk menculik Chiang. Rencana itu berhasil, mereka bahkan menahan Chiang di markasnya sendiri dan memaksanya untuk bekerja sama dalam melawan invasi kekaisaran Jepang. Awalnya Chiang sangat marah dengan kelakuan dari para perwiranya, terlebih pada Zhang Xueliang yang tidak lain adalah saudara angkatnya. Chiang sampai berkata, jika mereka tidak memperlakukannya dengan hormat, mengapa tidak menembaknya saja.

Setelah Zhou Enlai hadir, ia juga berkata kepadanya, “Enlai bukankah kamu dulu adalah adik kelas sekaligus bawahanku di akademi militer?, sudah seharusnya kamu mengikuti segala perintahku”. Zhou menjawab, “Jika kamu mau mengedepankan kepentingan bangsa dalam melawan invasi Jepang, bukan saja diriku, melainkan segenap jajaran dari partai komunis dan juga pasukan komunis, semuanya bersedia mematuhi perintahmu”.

Setelah itu terjadi perdebatan panjang diantara para konspirator termasuk dari partai komunis. Banyak dari mereka yang menginginkan Chiang di eksekusi mati saja, namun diantara banyak perwiranya, Zhang dengan tegas membela saudara angkatnya dengan menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah menciptakan Tiongkok yang bersatu untuk melawan ancaman nyata dari invasi Jepang. Mengapa setelah Chiang tertangkap kalian ingin dia dieksekusi, apa bedanya kalian dengan Chaing jika seperti itu.

Chiang menghadapi dilema yang sangat sulit, sebagai pemimpin ia sangat menyadari bahwa dengan adanay kerja sama ini, faksi komunis bukan hanya tidak binasa, melainkan akan semakin kuat. Disisi lain ia juga menyadari sekalipun Kaumintang berhasil menguasai sebagian besar Tiongkok, Ageresi militer Jepang akan semakin menggerus hubungan rakyat ke Partai Kuomintang terlebih sudah menjadi rahasia umum bahwa Chiang adalah alumni dari akademi militer Jepang.

Chiang menyadari jika terus bertahan pada pendiriannya ia akan kehilangan seluruh dukungan rakyat, bukankah penghianatan militer yang dilakukan oleh Zhang Xueliang dan kelompoknya menjadi bukti bagaimana perwiranya sendiri muali tidak setuju dengan kebijakannya. Melalui berbagai kekalahan dan dilema, Chiang akhirnya setuju dengan tawaran tersebut, hal ini membuat partai Kuomintang untuk kedua kalinya bekerja sama dengan partai Komunis untuk melawan agresi militer Jepang.

Setelah negosiasi selesai, Chiang diterbangkan dari Xian menuju Nanjing yang saat itu merupakan ibukota Tiongkok. Dalam sejarah kejadian ini dikenal dengan sebutan insiden Xian, sesampainya di kota Nanjing Chiang dengan segera memerintahkan pasukannya untuk menangkap semua perwira yang terlibat dalam konspirasi itu. Ia memberi perintah untuk mengeksekusi mereka semua dengan pengecualian Zhang Xue Liang yang dijatuhi hukuman tahanan rumah.

Sekalipun banyak pihak termasuk Jepang yang merasa bahwa Chiang akan segera melancarkan serangannya kepada pihak komunis. Ia justru mengejutkan berbagai pihak dengan menghentikan upaya tersebut dan mengumpulkan para perwira militernya untuk membahas bagaimana berperang melawan agresi militer Jepang. Chaing ingin membuktikan bahwa dirinya merupakan pemimpin yang mau peduli dengan nasib masyarakat Tiongkok, Kuomintang tidak akan membiarkan 1 inci tanahnya dikuasai militer Jepang.

Para pemimpin Jepang yang awalnya mengira bahwa mereka akan segera mendapat kompensasi wilayah, atau akses terhadap sumber daya alam dengan memanfaatkan insiden jembatan Marcopolo justru mengumunkan dirinya pada perang total yang sangat mereka hindari. Militer Jepang berusaha menekan Kuomintang dengan menyerang Shanghai yang saat itu adalah pusat perekonomian Tiongkok. Chiang menjawab tantangan Jepang dengan mengirim lebih banyak pasukan militer termasuk divisi 87 dan divisi 88 yang saat itu merupakan pasukan terbaik yang dimiliki oleh Kuomintang.

Perang Shanghai yang awalnya diperkirakan Jepang sebagai perang yang mudah dimenangkan justru menjadi perang yang semakin berlarut-larut dan menghabiskan sumber daya dari Jepang. Di suatu kesempatan, divisi 88 dan divisi 87 bukan saja menahan serangan SNLF mereka bahkan berhasil memukul mundur pasukan itu. Melihat kenyataan itu, Jepang menyerang Shanghai dengan lebih gencar dengan menggabungkan antara serangan darat, udara dan angkatan laut.

Ketika akhirnya Shanghai berhasil dikuasai, perang ini sudah menghabiskan waktu Jepang selama lebih dari 3 bulan. Chiang membuktikan dihadapan internasional, Tiongkok yang bersatu tidak akan mudah tunduk dengan tekanan bangsa asing. Banyak jurnalis asing yang berada di kota Shanghai, melihat dengan mata kepalanya sendiri bertapa mengerikannya perang tersebut.

Mereka kemudian menerbitkan berita di negaranya masing-masing yang dengan cepat menekan opini internasional terhadap Jepang. Hal ini mempengaruhi keputusan dari berbagai negara untuk mengembargo kebutuhan dari industri Jepang yang secara langsung menekan militer Jepang untuk menghentikan invasinya ke Tiongkok yang dijuluki sebagai front timur versi Jepang. Menghadapi hal tersebut, Jepang kembali tidak tunduk dengan tekanan internasional dan memulai cara kasarnya kembali. Kali ini Jepang berusaha menyerang berbagai koloni yang dimiliki oleh negara-negara barat di Asia, suatu wilayah yang terkenal kaya akan berbagai bahan mentah. Ketika para penguasa Eropa sedang berfokus untuk melawan Invasi dari Jerman di Eropa.